Prosedur

#30DWC6

Prosedur

Pagi itu mata kuliah Pengantar Akuntansi seperti biasa, bertempat di ruang D106. Telah men jadi ciri dari dosen mata kuliah tersebut, Bapak Kaelani,  datang 15 menit sebelum kuliah dimulai. Beliau memang terkenal dosen senior yang disiplin, terutama dalam hal waktu. Hari ini Santoso dan Togar mendapat giliran untuk piket. Piket bertugas menyiapkan segala perlengkapan ruangan untuk kuliah hari itu,mulai dari meminjam proyektor di gedung sekretariat A, mengambil microphone hingga menyiapkan air minum untuk dosen. Namun entah kenapa, Togar belum terlihat datang hingga pukul 07.55 WIB. Akhirnya santoso dibantu dengan teman yang lain yang menyiapkan semuanya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 08.10 WIB. Semua sudah duduk dengan rapi dan tenang mendengarkan kuliah di dalam ruang yang saat itu terasa sangat dingin itu, kecuali si Togar. Tidak seperti biasanya ia belum datang saat kuliah sudah dimulai. Ia datang dengan berlari-larian menuju ke ruang kuliah. Dari wajahnya tergambar seperti ia berharap dosennya belum hadir. Namun, sepertinya itu mustahil terjadi kepada bapak Kaelani yang terkenal tidak pernah sekalipun terlambat. Dengan perlahan dan sedikit mengintip Togar membuka pintu.
“Selamat pagi Pak,maaf saya terlambat.” ucap Togar sambil mengusap keringat menggunakan sapu tangan warna birunya.
“Pagi,ya silakan duduk.” jawab Pak Kaelani sembari kembali duduk di kursi dan meminum air mineral yang telah disediakan.
Karena terlambat, togar mendapat tempat duduk di depan,di dekat Pak Kaelani biasa berdiri untuk menjelaskan materi kuliah.
“Huh.. Untung saya tidak ditanyai apa-apa.” bisik Togar kepada Santoso yang saat itu duduk tepat dibelakangnya.
“Memangnya kenapa kamu ko bisa terlambat, Gar?” tanya Santoso kepada Togar.

Belum sempat Togar menjawab pertanyaan Santoso, Pak Kaelani tampak telah bersiap untuk memulai kembali kuliahnya. Pak Kaelani melanjutkan kuliahnya dengan mengajukan pertanyaan yang tidak diduga oleh mahasiswa kelas 1-W.
"Mas, Anda kalau memakai pakaian, lebih dulu celana atau bajunya?", tanya Pak Kaelani kepada Togar.
”Maaf, Pak.." Togar terlihat bingung,ia merasa salah mendengar pertanyaan itu.
“Anda kalau memakai pakaian, lebih dulu celana atau bajunya?" Pak Kaelani mengulang pertanyaanya kepada Togar. 
Togar masih bingung dengan maksud pertanyaan itu, ekspresi  ini terlihat saat ia menggaruk-garuk kepalanya.

Tidak ada yang berani menertawakan ekspresi maupun pertanyaan yang diajukan oleh dosen ini kepada Togar. Justru yang tercipta adalah suasana hening dalam ruangan tersebut. Meskipun pertanyaan itu sederhana, mahasiswa kelas 1-W merasa ada suatu makna yang tersirat didalamnya. Pak kaelani kembali bertanya kepada Togar, "Bagaimana mas, kalau Anda memakai pakaian mana lebih dulu yang Anda pakai?" Ulang Pak Kaelani dengan raut wajah tenangnya yang khas.

"Celana dulu Pak. Hehe.." jawab Togar sambil sedikit cengengesan.
Mendengar jawaban tersebut, Sang dosen diam dan sejenak terlihat berpikir. Meskipun terdengar seperti pertanyaan mainan belaka, akan tetapi tidak terdengar suara tawa dari mahasiswa di ruang kuliah itu. Hal ini mungkin disebabkan karena mereka menghormati bapak Kaelani sebagai dosen yang sudah sepuh. Selain itu mereka juga khawatir kalau-kalau pertanyaan tersebut terlontarkan juga kepada mereka. Terutama Santoso,yang saat itu duduk tepat dibelakang Togar dan persis berhadapan dengan sang dosen.

Perasaan khawatir yang mahasiswa-mahasiswa itu rasakan bukan masalah benar atau salahnya jawaban, akan tetapi lebih kepada penggambaran diri yang akan tercermin dari jawaban yang keluar dari lisan mereka. Semua nya tahu bahwa ini adalah pertanyaan sederhana yang mengandung nilai filosofis.

 Akirnya, Dosen berambut putih ini memandang ke arah Santoso dan menanyakan hal tersebut. "Kalau Anda bagaimana, Mas? Mana yang lebih dulu Anda pakai?". Tanpa pikir panjang Santoso langsung menjawab pertanyaan itu. "Celana dulu, Pak". Bukan mencari aman atau meniru pendapat Togar akan tetapi, memang seperti itu kenyataan dan kebiasaannya.

Setelah mendengar jawaban mereka berdua, kembali Bapak dosen pun memberikan tanggapannya.
"Yang kalian lakukan itu kurang tepat mas, segala sesuatu itu harus dilakukan sesuai dengan prosedur. Kalau anda memakai celana terlebih dahulu secara tidak langsung anda tidak efisien waktu. Perhatikan, pertama Anda memakai celana, baru kemudian baju atau kaos. Setelah itu Anda memasukan baju itu ke dalam celana." menjeda penjelasan sambil sesekali memandang ke seluruh mahasiswanya.


"...Ini baru hal sepele tetapi menjadikan Anda tidak efisien waktu."


"Coba bandingkan waktu yang Anda perlukan dengan apabila Anda memakai baju terlebih dahulu, kemudian baru celananya, Anda langsung bisa memasukan baju itu ke dalam celana. Itu lah prosedur yang benar. Anda paham maksud saya?” kembali melirik kepada kedua penjawab pertanyaannya.
“Iya pak...” jawab dua mahasiswa itu disusul teman-teman kelasnya.
Dosen melanjutkan, ”Memang perbedaan waktunya sangat sedikit. Namun dari yang sedikit itulah kebanyakan dari Anda tidak memperhatikan, sering mengindahkan. Ini baru hal sepele tetapi menjadikan Anda tidak efisien waktu.”  terang Pak Kaelani.

Togar terlihat menundukkan kepalanya. Ia sadar bahwa pertanyaan itu secara tidak langsung menyindir tentang keterlambatanya itu. Tidak lama kemudian Pak Kaelani melanjutkan penjelasannya.
“Begitu juga dengan mengerjakan Akuntansi, semua harus dilakukan sesuai dengan prosedur."
"Oh, jadi ini maksud pertanyaan itu", gumam Santoso.

Santoso setuju  dengan pendapat pak Kaelani. Kalau di kampung halamannya, Jawa Tengah. biasanya orang-orang bilang pekerjaan tersebut dengan istilah mindo gaweni atau mindoni gawe, yakni suatu hal yang seharusnya bisa kita lakukan dalam satu kali waktu pengerjaan, akan tetapi karena suatu hal (dalam hal ini tidak mengikuti prosedur), pekerjaan tersebut harus dilakukan dua kali atau dengan waktu yang lebih dari seharusnya. Hal itulah yang pak Kaelani ingin sampaikan kepada Togar, Santoso dan teman-temannya dihari itu. Santoso pun tahu tidak hanya dalam mengerjakan akuntansi, dalam pekerjaan sehari-hari pun diharapkan dapat menghindari mindo gaweni ini. Hari ini, mereka mendapat pelajaran baru tentang filosofi dibalik adanya prosedur suatu pekerjaan atau kegiatan.



Komentar