Filosofi dibalik Makanan Tumpeng

#30DWC Hari ke-3

Filosofi Makanan "Tumpeng"


"Ada yang tau tumpeng?".
"Kera tumpeng, Bang? atau tumpeng dan berani? ".
('-_-)
"Deeeh, Itu loh makanan khasnya orang jawa kalau lagi ada syukuran".
"Oh, iya iya" :D.

Tumpeng via wikimedia.org

Nah kali ini kita bakal belajar bareng filosofi atau makna di balik tumpeng itu sendiri. #CieeSendiri.
Kalau kita perhatikan tumpeng mempunyai bentuk yang mirip dengan gunung. Usut punya usut ternyata ini merupakan gambaran dari alam raya dan simbol dari sifat manusia dan lingkungan (alam).

Manusia yang diciptakan (berawal) dari Tuhan dan akan kembali pada-Nya.
Tumpeng terdiri atas 4 bagian, yaitu:
1. Bagian bawah menyimbolkan alam seisinya dengan berbagai makhluk yang diciptakan sebagai pelengkap kehidupan.
2. Bagian bawah-tengah menyimbolkan kehidupan manusia dengan manusia (sesamanya).
3. Bagian tengah-atas, representasi dari manusia yang berbudi lebih dan sanggup menempuh ujian hidup.
4. Bagian puncak, simbol dari puncak kehidupan yakni Tuhan Yang Maha Pencipta.

Kalau boleh saya simpulkan, bagian-bagian tersebut menginterpretasikan bahwa untuk bisa mencapai kedekatan dengan Tuhan (puncak) harus melalui level-level tertentu. Misalnya di level pertama atau paling dasar, merupakan penggambaran dari alam seisinya dengan berbagai makhluk yang diciptakan sebagai pelengkap kehisupan. artinya sebagai tahap perdana untuk bisa mencapai kedekatan dengan Sang Pencipta kita harus mampu berbuat baik dan menjaga hubungan dengan semua ciptaan-Nya. Tidak terkecuali hewan, tumbuhan dan lainnya.

Naik ke tangga yang kedua, menyimbolkan dunia manusia dan sesama artinya tidak cukup hanya kepada alam berbuat baik juga selayaknya kita lakukan kepada sesama manusia tentunya dalam segala aspek interaksi sosial mulai dari cara berbicara, berperilaku, beradab dan banyak lainnya.

Nah, yang ketiga ini adalah mereka yang berakal dan berbudi lebih, manusia terpilih yang sanggup menempuh berbagai ujian hidup dengan kesadaran penuh akan kedekatannya kepada Sang Pencipta.
Manusia yang hanya banyak mengeluh tanpa bisa memaknai dan menempuh berbagai ujian hidup tidak akan mungkin bisa mencapai kedekatan dengan Tuhan-Nya.

Pada puncaknya ketika kita telah mencapai ujung segala kehidupan, yakni Tuhan sebagai Penguasa alam semesta (kosmos). Bisa juga dimaknai sebagai pengingat bahwa tujuan akhir kehidupan manusia adalah kembali kepada dari mana asalnya. Ketika kita selalu ingat, segala apa yang diperintahkan-Nya pasti akan dilaksanakan dan segala yang dilarang-Nya akan ditinggalkan agar bisa selalu dekat-dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa.



Tumpeng via liadella.com


Biasanya dipuncak tumpeng ada telur dan cabainya kan, ya?
Ini juga erat kaitannya dengan kalimat "Sangkan paraning dumadi".
Telur disana dikaitkan dengan kata sangkan yang menunjukkan dari mana kita berasal (lahir).
Dan Paran diibaratkan dengan Cabai yang melengkung seperti menunjukkan arah tertentu yang bermakna akan menunjukkan kemana kita akan pergi (meninggal).

Jadi, secara sederhana Kalimat "Sangkan paraning dumadi" yang disimbolkan dengan telur dan cabai dipuncak tumpeng berarti semua itu berasal dari (diciptakan) Tuhan dan pasti akan kembali kepada-Nya.
Pengetahuan ini Saya dapat ketika belajar mata kuliah budaya nusantara bab suku Jawa. Saya kira hanya sekadar makanan biasa, ternyata sangat banyak value yang bisa kita ambil darinya.
Oke sementara ini dulu ya, semoga bermanfaat.

Wallohu'alam.

Komentar

  1. Wah ternyata bukan hanya sekadar makanan ya mba, tumpeng punya banyak value juga toh. Sangat membantu buat menambah pengetahuan loh mba. Great! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, Ini baru satu dari sekian banyak suku. Di Indonesia masih banyak suku yang juga luar biasa kebudayaannya
      jadi semakin cintakan dengan budaya-budaya Indonesia?
      hehe

      btw, saya cowok ya mba :3

      Hapus
  2. Ah jadi laper mas hehe

    Thank ilmunya

    Keep writing :)

    BalasHapus
  3. Wow, doso tri utomo kang semakin banyak filosofinya itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tentang apa itu Kang?
      pernah denger tapi lupa
      hehe

      Hapus
  4. Alhamdulillah, belajar ilmu baru lagi dari nasi tumpeng :D
    Makasih mas Wildan
    tetap semangat & tetap menginspirasi melalui tulisan filosofisnya :)

    BalasHapus
  5. Mas wil terbuaik

    BalasHapus

Posting Komentar